Padang – Sebuah perahu wisata yang membawa belasan penumpang, termasuk wisatawan mancanegara, dilaporkan terbalik dan karam di perairan Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, pada Senin malam. Dalam insiden tragis yang diduga kuat akibat cuaca buruk ini, sebagian penumpang berhasil diselamatkan, namun 11 orang lainnya, termasuk kapten kapal, hingga kini masih dinyatakan hilang. Basarnas Padang tengah mengoordinasikan operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) besar-besaran, dengan melibatkan puluhan personel dan berbagai alutsista di tengah kondisi laut yang masih bergelora.
Kronologi Kejadian dan Identitas Korban Perjalanan Menuju Pulau Tujuan Wisata
Para korban selamat menyampaikan bahwa kapal bernama ‘Mentawai Explorer 3’ berangkat dari Pelabuhan Tua Pejat pada Senin siang menuju salah satu resor selancar di bagian utara Kepulauan Mentawai. Kapal membawa total 18 orang, yang terdiri dari 13 penumpang (8 WNA asal Australia dan 5 WNI) serta 5 orang kru kapal. Sekitar pukul 19.30 WIB, ombak besar, angin kencang, dan hujan lebat menghantam kapal yang sedang melaju di perairan terbuka antara Pulau Sipora dan Pulau Siberut. Semuanya berlangsung sangat cepat. Ombak sangat tinggi, mungkin lebih dari empat meter. Tiba-tiba kapal miring tajam, lalu terbalik. Kami semua terlempar ke laut yang gelap,” tutur Budi, salah seorang kru yang selamat. Sebagian penumpang dan kru berpegangan pada puing-puing kapal yang mengapung sebelum kapal nelayan yang kebetulan melintas menemukan mereka beberapa jam kemudian. Hingga kini, pihak berwenang telah memastikan 7 orang selamat, sementara tim masih mencari 11 orang lainnya.
Operasi Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Tantangan Cuaca dan Medan yang Sulit
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Padang, Abdul Malik, memimpin langsung operasi SAR dari Posko SAR Mentawai. Ia menjelaskan bahwa operasi menghadapi tantangan yang sangat berat. “Kondisi cuaca di lokasi masih belum kondusif. Tinggi gelombang masih berkisar antara 2,5 hingga 4 meter dengan arus yang cukup kuat. Ini sangat menyulitkan tim kami di lapangan,” ujar Abdul Malik. Operasi SAR gabungan ini melibatkan personel dari Basarnas, TNI Angkatan Laut, Polairud, BPBD, dan masyarakat nelayan setempat. Tim penyelamat mengerahkan Kapal Negara (KN) SAR Yudistira, dua unit Rigid Inflatable Boat (RIB), serta helikopter TNI AL untuk memantau dari udara. “Area pencarian kami perluas hingga 50 mil laut dari titik perkiraan lokasi kejadian (LKP), dengan menyisir ke arah utara mengikuti arah arus. Kami berpacu dengan waktu dan berharap tim pencari segera menemukan semua korban dalam kondisi selamat,” tegasnya.
Investigasi dan Keselamatan Pelayaran Dugaan Pelanggaran dan Evaluasi Izin
Insiden ini kembali menyorot isu keselamatan pelayaran di perairan wisata Indonesia. Pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Padang menyatakan akan melakukan investigasi mendalam terhadap insiden ini. Kepala KSOP Padang, Aprianus, menyebut pihaknya akan memeriksa manifes penumpang dan alat keselamatan di kapal.
Pemeriksaan meliputi pelampung, sekoci, serta kepatuhan kapten terhadap peringatan cuaca dari BMKG. “Kami akan periksa semuanya. Jika kami menemukan unsur kelalaian atau pelanggaran prosedur, kami akan memberikan sanksi tegas, mulai dari membekukan izin hingga menindak secara hukum. Aprianus menegaskan bahwa kami selalu mengutamakan keselamatan penumpang sebagai prioritas utama yang tidak bisa ditawar. Banyak pihak, termasuk asosiasi pariwisata, mendesak adanya evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional kapal-kapal wisata di Mentawai.
Tragedi kapal “Mentawai Explorer 3” menjadi pengingat yang menyakitkan tentang betapa rentannya aktivitas pelayaran di hadapan kekuatan alam. Tim SAR gabungan terus berjuang melawan waktu dan ombak untuk mencari 11 korban yang masih hilang. Doa dan harapan dari seluruh Indonesia menyertai mereka. Insiden ini harus menjadi momentum untuk memperketat pengawasan dan menegakkan standar keselamatan pelayaran. Tujuannya agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.